Sujarwo Suryaputra
linkedin

Consultant & Trainer

(Laboratory Management, Chemicals Risk Management,
GHS and Related Topics)

 

Pendekatan top-down dalam evaluasi estimasi ketidakpastian pengukuran merupakan metode praktis yang direkomendasikan untuk diterapkan oleh laboratorium. Salah satu panduan dalam evaluasi estimasi ketidakpastian melalui pendekatan top-down yaitu ISO 21748:2017 Guidance for the use of repeatability, reproducibility and trueness estimates in measurement uncertainty evaluation. Metode ini memanfaatkan data performa dari studi dan pengalaman (experience) yang dilakukan laboratorium, seperti simpangan baku repeatability, hasil pengujian kolaboratif (collaborative studies), uji banding antar laboratorium (inter-laboratory comparisons) atau uji profisiensi dan data kontrol mutu internal yang relevan. Berbeda dengan pendekatan bottom-up yang menyusun ketidakpastian dari kontribusi individual sumber ketidakpastian, pendekatan top-down memanfaatkan data statistik global yang mencerminkan kondisi nyata proses pengukuran.

Perumusan umum dari evaluasi estimasi ketidakpastian secara top-down sesuai ISO 21748:2017 dijabarkan dalam rumus sebagai berikut:

  • sL : simpangan baku reproducibility dari inter-laboratory comparisons
  • sr : simpangan baku repeatability dari intra-laboratory comparisons
  • u(δ) : estimasi ketidakpastian baku dari pengukuran reference material dengan certified value
  • ci : koefisien sensitivitas
  • u(xi) : estimasi ketidakpastian baku lain yang dipertimbangan sebagai input dalam pengukuran

Seperti halnya dalam pendekatan bottom-up, laboratorium dapat menghitung derajat kebebasan efektif (ν-eff) berdasarkan persamaan Welch-Satterthwaite:

Contoh Perhitungan Teknis: Estimasi Ketidakpastian Pengujian Timbal dalam Air Permukaan

Salah satu aspek penting dalam penerapan estimasi ketidakpastian secara top-down yaitu laboratorium harus memiliki pengalaman yang memadai dalam menerapkan sistem manajemen mutu, termasuk validasi atau verifikasi metode, pelaksanaan program pengendalian mutu internal, serta partisipasi aktif dalam uji profisiensi atau uji banding antar laboratorium. Hal ini krusial karena pendekatan top-down sangat bergantung pada data performa historis yang andal dan representatif.

Contoh Kasus:
Sebuah laboratorium lingkungan mengukur kadar timbal dalam air permukaan menggunakan metode spektrofotometri serapan atom (AAS). Metode yang digunakan telah diverifikasi dan menggunakan CRM dalam penerapan uji akurasi. Selama dua tahun, laboratorium mengumpulkan data dari kontrol mutu internal harian dan mengikuti 4 (empat) kali uji profisiensi nasional dari penyelenggara uji profisiensi terakreditasi.

Hasil Perhitungan Estimasi Ketidakpastian

Kesimpulan

Pendekatan top-down sangat berguna dalam konteks laboratorium yang telah beroperasi stabil, menerapkan sistem manajemen laboratorium dan melakukan penjaminan mutu laboratorium (baik internal maupun eksternal) yang terdokumentasi dengan baik. Estimasi ketidakpastian yang diperoleh bukan hanya teoritis, tetapi berdasarkan pengalaman nyata laboratorium dalam rentang waktu tertentu, menjadikannya lebih kredibel untuk pelaporan hasil pengujian. Metode ini juga lebih efektif karena memanfaatkan data yang sudah tersedia, tanpa perlu menganalisis komponen individual secara terpisah seperti pada pendekatan bottom-up. Ini sejalan dengan filosofi sistem manajemen mutu laboratorium modern yang berorientasi pada kendali proses berbasis data. (Published on May 17th, 2025 by Admin)